Bekerja dengan berlainan untuk mengontrol gula darah
Penyembuhan diabetes type 2 dapat berbeda untuk tiap pasien. Ada banyak orangyang minum banyak obat, sedangkan lainnya tidak meminum obat sama sekalipun. Tetapi, untuk beberapa orang, obat diabetes oral dapat menolong jika peralihan pola hidup saja tidaklah cukup untuk mengurus keadaan.
kamu masih nyari situs slot online terpercaya di indonesia dengan winrate tinggi dan member yang banyak?? yaah hanya di Aladdin138, banyak promo dan di ikuti oleh jutaan member di seluruh indonesia. join sekarang juga!!
Ada beberapa macam obat diabetes oral dan semua bekerja dengan berlainan untuk menolong mengontrol kandungan glukosa (gula) darah. Beberapa bahkan juga mempunyai faedah tambahan untuk jantung, ginjal, atau berat tubuh.
Arah perawatan, kisah kesehatan, dan factor resiko pribadi bisa membuat obat tertentu lebih pas dibanding lainnya. Dokter umumnya akan mengawali perawatan dengan 1 obat, dan ini dapat dipertambah atau ditukar seiring berjalannya waktu.
Yok, ketahui apa tipe obat diabetes oral yang ada!
1. Metformin
Metformin adalah obat oral yang tersering diresepkan untuk diabetes type 2. Obat ini bekerja dengan turunkan jumlah glukosa yang dibikin dan diresap badan, menolong badan memberi respon insulin dengan lebih bagus. Rerata, metformin bisa turunkan hemoglobin A1C (HbA1C atau A1C) sampai 1,5 %, berdasar laporan dalam jurnal Diabetologia tahun 2017.
Metformin bagus untuk sebagian besar orang dengan diabetes type 2, terhitung beberapa anak. Sementara obat diabetes tertentu bisa mengakibatkan tambahan berat tubuh, metformin tidak. Bahkan juga, sebagian orang yang meminum alami pengurangan berat tubuh.
Efek seperti diare, mual, muntah, dan gas umum terjadi saat seorang pertama kalinya mulai memakai metformin dan sesudah jumlah dipertingkat. Untuk beberapa orang, efek ini makin membaik pada beberapa minggu. Orang dengan permasalahan ginjal mempunyai resiko efek yang semakin lebih tinggi dan perlu diawasi lebih ketat.
Metformin datang sebagai tablet terlepas cepat atau immediate-release dan larutan oral. Beberapa wujud terlepas lamban atau extended-release ada. Jika memakai metformin dengan obat diabetes yang lain, adanya kemungkinan ke-2 nya ada bersama dalam pil gabungan.
2. Sulfonilurea
Dikutip GoodRx Health, sulfonilurea menolong pankreas melepas semakin banyak insulin, yang turunkan jumlah glukosa pada darah. Obat ini sudah bisa dibuktikan turunkan A1C sekitaran 1,5 %.
Tetapi karena langkah kerjanya, sulfonilurea mempunyai resiko hipoglikemia (glukosa darah benar-benar rendah) yang semakin lebih tinggi. Sulfonilurea bisa mengakibatkan tambahan berat tubuh.
Jika kamu memakai metformin dan perlu semakin banyak kontribusi untuk mengatur kandungan glukosa darah, sulfonilurea menjadi opsi bila dampak peningkatan berat tubuh tidak jadi permasalahan.
Namun, sebagian orang mempunyai resiko hipoglikemia yang semakin lebih tinggi, terhitung orang dewasa berumur 65 tahun ke atas, dan orang dengan permasalahan ginjal. Dalam masalah ini, dokter kemungkinan pilih sulfonilurea kerja singkat (short-acting), seperti glipizide, atau memberi resep obat lain.
Seperti metformin, sulfonilurea ialah kelas obat diabetes oral yang semakin lebih tua. Misalnya:
• Glipizide.
• Glyburide.
• Glimepiride.
3. Dipeptidyl peptidase-4 inhibitor
Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor bekerja dengan menghambat kerusakan GLP-1, hingga bertahan semakin lama di badan.
GLP-1 ialah hormon usus yang memacu pelepasan insulin, menghalangi produksi glukosa di hati, dan menolong kita berasa kenyang.
Efek DPP-4 inhibitor dapat berbentuk muntah dan mual. Sebagian orang yang meminum sudah memberikan laporan ngilu persendian. Walau jarang-jarang, beberapa obat tertentu dalam kelas ini disangkutkan pankreatitis, kenaikan resiko tidak berhasil jantung, dan permasalahan ginjal.
DPP-4 inhibitor bisa turunkan A1C sekitaran 0,5 %, dan tidak mengakibatkan tambahan berat tubuh. Obat ini mempunyai resiko rendah hipoglikemia.
Jika kamu tidak bisa menolerir metformin, dokter kemungkinan memberi resep DPP-4 inhibitor sebagai tukarnya. Atau, dokter kemungkinan menambah DPP-4 inhibitor bila metformin atau sulfonilurea tidak bekerja lumayan baik.
DPP-4 inhibitor ialah kelas obat diabetes oral yang mencakup:
• Sitagliptin.
• Linagliptin.
• Alogliptin.
• Saxagliptin.
4. Meglitinide
Meglitinide (atau glinide) terhitung obat oral repaglinide dan nateglinide. Mereka bekerja secara sama dengan sulfonilurea untuk menolong pankreas melepas insulin. Mereka mulai bekerja cepat, tapi tidak tahan lama di badan seperti sulfonilurea . Maka, obat ini harus diminum seringkali. Dibandingkan sulfonilurea, meglitinide bisa turunkan A1C dengan jumlah yang serupa. Namun, meglitinide lebih kecil peluangnya untuk mengakibatkan hipoglikemia berat karena mereka bekerja untuk periode waktu yang semakin lebih singkat. Tetapi, kamu mungkin alami peningkatan berat tubuh dengan beberapa obat ini.
Meglitinide umumnya tidak dipandang seperti obat baris pertama. Namun, obat ini menjadi alternative jika kamu tidak dapat menolerir sulfonilurea.
5. Thiazolidinedione
Thiazolidinedione ( disebutkan glitazone atau TZD) terhitung pioglitazone dan rosiglitazone. Tetapi, rosiglitazone tak lagi kerap diresepkan. TZD umumnya dipakai dalam gabungan dengan beberapa obat seperti metformin, sulfonilurea, serta insulin.
TZD bekerja dengan perlambat seberapa banyak glukosa yang dibuat hati. Obat ini menolong badan memberi respon insulin dengan lebih bagus, yang bisa menjadikan opsi yang bagus bila kamu mempunyai resistansi insulin. Rerata, TZD bisa turunkan A1C sekitaran 1 %.
TZD mempunyai resiko hipoglikemia yang semakin lebih rendah, tapi bisa mengakibatkan berat tubuh naik. Penyimpanan cairan kemungkinan terjadi, menyebabkan bengkak di kaki. Ini bisa tingkatkan resiko tidak berhasil jantung baru atau yang lebih buruk. Dan, kelebihan cairan menjadi perhatian bila kamu mempunyai penyakit ginjal.
Selainnya resiko tidak berhasil jantung, TZD disangkutkan kenaikan resiko tulang patah. Pioglitazone bisa tingkatkan resiko kanker kandungan kemih. Dokter akan pertimbangkan faedah dan resiko apa menambah TZD pas untuk pasiennya.
6. SGLT2 inhibitor
Sodium-glucose cotransporter 2 (SGLT2) inhibitor ialah kelas obat diabetes oral yang semakin lebih baru. Selainnya menyembuhkan diabetes type 2, beberapa mempunyai faedah yang sudah bisa dibuktikan untuk pasien tidak berhasil jantung, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
Macamnya diantaranya:
• Canagliflozin.
• Dapagliflozin.
• Empagliflozin.
• Ertugliflozin.
SGLT2 inhibitor bekerja dengan membuat ginjal buang glukosa dan natrium lewat urine. Rerata, SGLT2 inhibitor turunkan A1C sekitaran 1 %. Obat diabetes oral ini menolong sebagian orang turunkan berat tubuh dan turunkan tekanan darah. Resiko hipoglikemia juga rendah.
Efek SGLT2 inhibitor terhitung infeksi jamur genital, infeksi aliran kemih, dan kenaikan membuang air kecil. Walau jarang-jarang, tapi efek yang semakin lebih serius bisa berbentuk ketoasidosis (penimbunan asam dalam darah), infeksi ginjal, dan infeksi kulit selangkangan. Canagliflozin sudah disangkutkan kenaikan resiko tulang patah, dan amputasi tungkai dan kaki.
SGLT2 inhibitor umumnya tidak dicintai terkecuali jika pasien alami tidak berhasil jantung, penyakit jantung, atau penyakit ginjal. Dalam kasus ini, faedah obat ini kerap kali lebih besar dibanding resikonya yang termasuk jarang-jarang. SGLT2 inhibitor yang pas untuk kamu bisa tergantung pada kisah kesehatan dan factor yang lain.
7. Rybelsus
Rybelsus (semaglutide) ialah versus oral dari Ozempic, obat suntik terkenal untuk diabetes type 2. Sekarang ini, ini ialah tipe obat dalam kelasnya yang dipakai dengan oral.
Rybelsus ialah agonis peptida-1 (GLP-1) seperti glukagon. Agonis GLP-1 umumnya turunkan A1C sekitaran 1 %. Mereka bekerja dengan mengikuti hormon usus GLP-1, yang membuat pankreas melepas insulin sesudah makan, turunkan produksi glukosa di hati, dan memberikan berasa kenyang. Pemakai agonis GLP-1 condong alami pengurangan berat tubuh.
Serupa Ozempic, Rybelsus bisa mengakibatkan muntah dan mual, diare, dan sakit di perut untuk sesaat. Dampak ini tambah kemungkinan terjadi sesudah mengawali penyembuhan dan saat jumlah dipertingkat. Pankreatitis dan penyakit kandungan empedu jarang ada, tapi efeknya serius.
Jika kamu tidak bisa penuhi sasaran glukosa darah dengan memakai jumlah paling tinggi dari 1 atau dua obat oral yang lain, Rybelsus kemungkinan sebagai tambahan yang berguna, terlebih bila kamu alami kesusahan turunkan berat tubuh. Obat ini mempunyai resiko hipoglikemia yang semakin lebih rendah.
Bergantung jumlah, kamu kemungkinan mempunyai pilihan untuk berpindah dari Ozempic ke Rybelsus (atau kebalikannya sebaliknya). Namun, jika kamu sudah diresepkan Ozempic karena faedahnya yang terkait dengan jantung, kamu kemungkinan tetap harus memakainya. Sampai saat ini, faedah ini belum sempat diverifikasi Rybelsus.
8. Alpha-glucosidase inhibitor
Kelas alpha-glucosidase inhibitor mencakup dua obat, yaitu miglitol dan acarbose. Mereka bekerja dengan perlambat peresapan gula simpel oleh perut. Ini menolong turunkan kandungan glukosa darah yang bisa naik sesudah makan. Rerata, mereka turunkan A1C di antara 0,5 % dan 1 %, menurut buku Endotext.
Ngilu perut, diare, dan kembung biasa terjadi pertama kalinya mengawali penyembuhan. Peralihan dalam test hati bisa saja. Namun, beberapa obat ini condong mengakibatkan hipoglikemia, dan umumnya tidak mengakibatkan pengurangan atau tambahan berat tubuh.
Alpha-glucosidase inhibitor tidak bekerja sebagus metformin atau sulfonilurea. Tetapi, alpha-glucosidase inhibitor dapat dipertambah ke penyembuhan diabetes bila dibutuhkan. Namun, umumnya dokter cenderung lebih memilih pilihan lain.
Tiap orang punyai arah penyembuhan, factor resiko, dan keadaan kesehatan yang beda. Itu semua dapat tentukan penyembuhan diabetes type 2 yang mana paling tepat.
Tipe obat diabetes oral mencakup metformin, sulfonilurea, dan DPP-4 inhibitor. SGLT2 inhibitor, Rybelsus, dan TZD ialah contoh-contoh yang lain.
Namun, sebagian orang tidak dapat menolerir obat diabetes oral atau obat itu tidak bekerja dengan lumayan baik. Dalam kasus ini, insulin dapat direferensikan sebagai alternatif, atau sebagai tambahan, dari beberapa obat oral.